Berlatih Seni Pemecahan Masalah di Dongseo University


by: Depilkom UPI    08/02/2017 20:44:56

Oleh Endah Nursalehah (Pendidikan Ilmu Komputer 2012)

Gb. 1 Perkuliahan terakhir bersama professor Kim. Dokumentasi Profesor Kim.

Semester kemarin saya berkesempatan untuk belajar di Dongseo University dengan major Computer Engineering. Di deretan matakuliah yang ditawarkan di ­fall semester saat itu terdapat satu matakuliah yang tersedia bagi mahasiswa freshman paling menyita perhatian yaitu Design and Creative Thinking. Notabene matakuliah ini yang tidak ditawarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia khususnya pada jurusan yang saya ambil, Pendidikan Ilmu Komputer.

Secara khusus saya memiliki ketertarikan terhadap desain. Sehingga hal yang bergaung dikepala saat menghadiri perkuliahan pertama, tujuan selepas perkuliahan nanti secara dramatis dapat melesatkan kemampuan desain grafis dan ilustrasi. Namun professor Kim Hae Yoon ­­mematahkan prasangka tentang desain yang menjadi tagline dalam perkuliahan ini.  Istilah desain yang digunakan tidak lantas merujuk pada fine art namun dalam artian desain sebagai proses dalam berkreasi.  

Gb. 2 The tallest tower project. Dokumentasi Profesor Kim.

 

Aktivitas perkuliahan

Profesor Kim berulangkali menyatakan bahwa perkuliahan ini tidaklah bersifat teoretis, adapun bentuk perkuliahan ini berupa best-practice bertujuan untuk melatih keterampilan pemecahan masalah (problem solving skill) yang bermuara pada terciptanya inovasi. Setiap pertemuannya akan tersaji seperangkat permasalahan yang dapat dijumpai sehari-hari atau permasalahan yang asing dan belum pernah dialami sebelumnya. Kemudian mahasiswa didorong untuk berani bereksplorasi secara individu maupun berkelompok untuk menemukan solusi penyelesaian masalah tersebut menggunakan satu prosedur pemecahan masalah.

Pada suatu pertemuan mahasiswa diajak untuk mendesain ulang gelas bir untuk mengatasi busa yang tidak diinginkan dan seringkali ada pada saat menuangkan bir. Dan di pertemuan lainnya secara berkelompok mahasiswa diajak untuk menemukan masalah yang ada pada dompet salah satu anggota dan bersama-sama merancang ulang dompet sehingga dapat tercipta dompet yang lebih personal dan sesuai dengan kebutuhan pribadi masing-masing. Kemudian setiap solusi yang ditemukan dipresentasikan sebagai evaluasi dan dekonstruksi untuk memasuki iterasi pengembangan solusi.

Gb. 3 Group project activity. Dokumentasi Profesor Kim.

Prosedur pemecahan masalah yang digunakan

Emphatize, langkah paling awal adalah melakukan empati. Memposisikan diri sebagai subjek yang ada di lingkungan masalah dapat dilakukan dengan membentuk pertanyaan, diskusi, observasi maupun wawancara sehingga dapat terjalin ikatan emosional yang kuat terhadap masalah yang akan diatasi.

Redefine problems, setelah memaham betul kondisi yang ada maka permasalahan dapat diidentifikasi. Namun seringkali permasalahan yang dikeluhkan bukanlah permasalahan sentral yang memiliki urgensi tertinggi untuk diselesaikan. Pada tahap ini dibutuhkan pula riset dan pembatasan masalah.

Gb. 4 Proses Brain Writing Korean Impression Project

Ideation, berpikir dari berbagai sudut dapat membantu menginkubasi ide penyelesaian masalah. Dan bersikap terbuka dengan semua kemungkinan ide yang mengarah pada terciptanya solusi yang paling optimal.

Make it, tahap ini berupa kreasi prototyping dari ide final yang telah dibentuk pada tahap sebelumnya.

Validation, presentasi produk prototype untuk mendapatkan umpan balik sekaligus sebagai pengujian solusi yang disajikan dapat menyelesaikan masalah. Kemudian dari tahap ini dapat dilakukan iterasi proses pengembangan.

Gb. 5 Korean Impression Project presentation

Does this procedure make sense?

Prosedur diatas secara umum memiliki kemiripan dengan prosedur Design Thinking [1] dan terdapat pula beragam prosedur pemecahan masalah lainnya yang dapat digunakan dengan tujuan untuk melakukan inovasi. Adapun design thinking mulai dianggap sebagai ilmu-ilmu dasar (Liberal Arts). Kerangka berpikir Design Thinking dapat digunakan sebagai sinergi ilmu-ilmu humaniora, sains sosial dan STEM. Dan tidak hanya untuk mendorong untuk mulai berpikir kreatif namun hingga pada tahap kreasi [2]. Metode ini pula dapat diterapkan untuk berinovasi di berbagai bidang seperti pengembangan bisnis [3], inovasi social [4] bahkan pendidikan [5].

 

Referensi

[1] Tim Brown, Change by Design. HarperCollins Publisher, 2009.
[2] Chris Aiken dkk, Design Thinking and the Liberal Arts :  a  framework for re -imagining a liberal arts education. 2014.
[3] Kaan Turnali, How can design thinking help your business?. weforum.org, 2015
[4] Tim Brown & Joceln Wyatt, Design Thinking for Social Innovation. Standford Social Innovation Review, 2010.
[5] R. May Lee, How can we teach innovation? A view from China. weforum.org, 2016.